PENGERJAAN TUGAS KELOMPOK KHUSUSNYA BAGI MAHASISWA ANGKATAN ATAS
Hal yang sangat lumrah ketika seorang mahasiswa mendapatkan sebuah tugas dari dosen. Disamping untuk melatih kita menganalisis data, juga bertujuan untuk membuat para anak didiknya untuk mereview materi yang telah disampaikan dikelas.
Identifikasi Masalah
- Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran mahasiswa angkatan atas dalam sebuah kelas “reguler”?
- Yang terjadi apabila ada seorang mahasiswa angkatan atas terlibat dalam sebuah kelas “reguler”?
- Masalah komunikasi yang dihadapi mahasiswa angkatan atas pada lingkungan kelas “reguler”?
Kerangka Pemikiran
Pada prinsipnya dosen tidak akan membeda-bedakan anak didiknya baik itu anak pejabat, anak orang yang tidak mampu, terlebih mahasiswa yang mengambil mata kuliah diluar jadwal krs yang terstruktur (angkatan atas/ “memperdalam”)
Dan pada hakekatnya, semua mahasiswa wajib mengikuti dan berperan serta dalam kegiatan kuliah sesuai dengan aturan yang berlaku melalui kesepakatan awal antara dosen dengan mahasiswanya (kontrak kuliah).
Analisis
Bila dilihat dari tugasnya masing-masing kedua belah pihak, baik dosen maupun mahasiswa seharusnya tidak akan terjadi masalah pembelajaran antara kedua belah pihak. Namun diluar kontrol dari sistem yang telah berjalan antara keduanya. Ada faktor yang rupanya berdampak cukup besar namun sering kali tidak terkontrol kedua belah pihak. Faktor ini sangat berperah vital terlebih dalam sebuah pembelajaran.
Yaitu รจ FAKTOR PSIKOLOGIS
Sewajarnya dosen mengajarkan materi yang disampaikan dalam sebuah ruangan kelas, faktor tersebut tidak akan nampak ke permukaan. Itu karena faktor psikologis lebih bersifat independen dan berada dalam pribadi seseorang.
Tidak banyak orang ataupun mahasiswa yang berani untuk mengkonsultasikannya langsung kepada dosen. Padahal menurut hemat saya, bila seseorang mempunyai kedekatan secara psikologis ataupun saling mengerti dan menghargai faktor psikologis seseorang, akan sangat membantu dalam sebuah proses pembelajaran. Baik dosen ke mahasiswa ataupun sebaliknya.
Melihat usia para mahasiswa adalah masa dimana memasuki tahap proses pendewasaan, tentunya akan rentan sekali atau sewajarnya diterpa masalah-masalah diluar kontrol mereka. Tak terlepas dari sebuah proses komunikasi dan sosialiasi.
Namun sering kali para pengajar yang terhormat (*dalam hal ini dosen), lebih memilih acuh dan tidak ingin merepotkan dirinya sendiri dengan mengurusi masalah diluar kerangka tugasnya sebagai seorang pengajar.
Contoh kasus dan ilustrasi singkat:
(Mengenai faktor psikologis berdasarkan pengalaman pribadi)
Besar harapan saya untuk bisa “lulus kuliah tepat waktu”, namun apa daya kalimat tersebut harus terbalik menjadi “lulus kuliah diwaktu yang tepat”. Dimana secara tidak langusng saya yang dikontrol oleh waktu. Hal itu tentunya sama sekali tidak terbayangkan dan diluar kehendak saya.
Awal permasalahan dan singkat ceritanya adalah karena ada sebuah masalah keluarga yang rumit yang membuat mental saya sempat drop dan pada akhirnya mendasak saya untuk bekerja demi mencari kebutuhan finansial.
Hemat cerita terkait dengan pendidikan, saya terpaksa cuti dan pada akhirnya saya terjebak dalam sebuah kondisi dimana saya harus berbaur dengan angkatan yang cukup jauh dibawah saya.
Analisa yang terjadi dalam kelas reguler:
Pada dasarnya tidak ada masalah serius dalam sebuah proses pembelajaran pada umumnya. Namun yang harus saya hadapi adalah masalah komunikasi dimana saya harus berbaur dengan orang baru yang notabene mereka sudah mempunyai hubungan yang solid dengan teman satu grupnya masing-masing dan sangat sulit untuk bisa masuk ke grup tersebut.
Bagi diri saya pribadi hal seperti ini bukanlah masalah serius, karena sama sekali tidak ada kaitannya dalam pembelajaran dan hal tersebut masih sanggup untuk diatasi.
Masalah yang kerap kali muncul adalah ketika pembagian tugas kelompok yang rentan untuk dapat terselesaikan dengan sempurna. Berikut adalah sub masalahnya:
· Sulit untuk mendapatkan rekan kerja kelompok
· Kalaupun mendapatkan kelompok, sering mendapatkan kelompok sisa & biasanya berkarakter “special”
· Sulit untuk memberikan kontribusi gagasan ide dengan kelompok
· Sulit untuk terlibat langsung dalam pembuatan tugas (biasanya mereka lebih dominan mengerjakan tanpa melibatkan angkatan atas)
· Lebih cendrung mengganggap angkatan atas “semu” / additional team (sebagai pelengkap)
masalah-masalah ini tidak selau terjadi namun kerap sekali dialami oleh mahasiswa-mahasiswa angkatan atas yang masuk kedalam sebuah lingkungan kelas reguler.
Hemat saya, masalah komunikasi ini lebih condong kepada paradigma POSITIVIS, karena terdapat unsur prediksi, menangkap realitas, dan bersifat deduktif (menilai dengan pengalaman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar