Kamis, 05 Juli 2012

Paket Karaoke Flashdish Rp. 125.000, -Nett



Akhirnya Paket karaoke flashdisc telah hadir..!!
semakin terjangkau, Mulai dari :

Rp. 125.000 ,-Nett

anda sudah bisa berkaraoke ria seperti di tempat karaoke profesional.

Paket Flasdisc A : Rp. 125.000 ,-Nett
-        New Flashdisc 4 GB (Kingstone /Hp /transcend /Adata /Jetflash)
-        Software karaoke Full (unlimited database)
-        25 lagu pilihan anda (pilih dari 21.000 lebih lagu yg tersedia)

Paket Flasdisc B : Rp. 150.000 ,-Nett
-        New Flashdisc 8 GB (Kingstone /Hp /transcend /Adata /Jetflash)
-        Software karaoke Full (unlimited database)
-        50 lagu pilihan anda (pilih dari 21.000 lebih lagu yg tersedia)

Untuk selanjutnya update lagu + penambahan lagu cukup dikenakan biaya
Rp. 1.500 ,- / Lagunya

Untuk mendapatkan List seluruh data base lagu (21.000 lebih), silahkan Tinggalkan email anda, maka kami akan segera mengirimkannya list ny ke email anda.. (format MS. Exel)

untuk info lebih lanjut click link berikut
click ==>Paket Karaoke Flashdisc <== click

Kamis, 28 Juni 2012

Foto Shoot (AGAIN)

model : winnie
Req : Foto Casting (studio)
Mid shoot sharing :D
CLick Image for more large..!!
Enjoy




                      
 























masii buannyak foto2 laenya..
 klo mau ngintip PHOTOWORKS yg laennya
tinggal click link ini 

 click ===> USYTHA <=== click
click ===> WINNIE <=== click
click ===> SHASHA <=== click
Dll.


atau klo pengen lebih jelas or barangkali pgn hunting bareng or pgn d foto ama ane bisa
click ===> PROFILE <=== click

Minggu, 24 Juni 2012

EKSPLOITASI KEINDAHAN WANITA DALAM MEDIA (DITINJAU DARI PERSPEKTIF MODEL)

ABSTRAK -KATA KUNCI


Fenomena pengeksploitasian tubuh wanita sudah terjadi sejak lama. Dari hal sederhana, seperti penggunaan model wanita terutama yang difokuskan kepada bagian tubuh ataupun yang lainnya dalam iklan-iklan, media cetak maupun acara televisi, ataupun ajang seperti pemilihan wanita sejagad yang mempertontonkan keindahan tubuh wanita.
Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan wanita dalam media, seperti media cetak dan elektronik akan lebih menarik bila menggunakan model yang masih muda, memiliki sex appeal yang tinggi, dan bentuk tubuh yang menarik. Aspek lainnya adalah perilaku dan aktivitas tubuh, yang dapat dilihat dari ekspresi tubuh, seperti pose dan pakaiannya.
Media masa seringkali memuat iklan, ataupun acara yang menunjang stereotip gender, yaitu wanita sebagai objek. Contohlah model-model dan bintang-bintang di televisi. Tentu memiliki tubuh yang menarik, memiliki sex appeal yang tinggi, dan aspek-aspek lain dalam komoditi kapitalisme. Hal ini menjadi asumsi umum, sehingga wanita-wanita yang teriming-imingi mendapatkan kesuksesan dengan cara instan, mau mempertunjukkan tubuhnya di depan kamera, baik untuk media cetak maupun media elektronik. Hal ini mengakibatkan fenomena eksploitasi tubuh wanita di media menjadi sebuah rantai lingkaran.
         Yang menarik kemudian adalah ketika persoalan ini dimunculkan. Apakah mereka (sang model) melihatnya sebagai bentuk apresiasi terhadap perempuan ataukah eksploitasi? Yang pasti bahwa wanita/ perempuan punya nilai “jual” yang sangat tinggi di dunia media.

KATA KUNCI : eksploitasi keindahan wanita, wanita di media, perspektif sang model dalam media.



LATAR BELAKANG
Sudah banyak pembahasan dan penelitian mengenai eksploitasi tubuh wanita di media. Menurut Matlin (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2006:336) disebutkan bahwa televisi, film, musik, dan media masa lain membawa pesan terhadap maskulinitas dan feminisitas. Media-media masa tersebut membangun stereotip akan wanita dan laki-laki.
Menurut McCauley, Stitt, & Segal serta Taylor dalam Michener, DeLamater, & Myers (2004:114), stereotip adalah karakteristik yang ada pada semua anggota dari suatu kelompok atau kategori sosial. Salah satu macam stereotip adalah stereotip jenis kelamin. Stereotip jenis kelamin adalah keyakinan tentang sifat kepribadian wanita dan pria (Sears, Freedman, & Peplau, 1985:194). Salah satu stereotip yang berkembang akibat pengaruh media adalah wanita adalah objek dalam media, sementara laki-laki adalah subjek.
Sebagai tambahan, sudah banyak penelitian yang menunjukkan hal tersebut. Contohnya adalah penelitian oleh McArthur & Resko (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2006:337) yang menunjukkan bahwa 70% dari laki-laki di iklan televisi dilambangkan sebagai seorang ahli, sementara 86% dari wanita adalah modelnya. Selain itu, dalam penelitian lain oleh Archer (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2006:337), ditemukan bahwa dalam foto-foto di majalah dan surat kabar Amerika, laki-laki lebih difokuskan pada wajahnya, sementara wanita difokuskan pada tubuhnya.
Penelitian-penelitian lain juga menunjukkan hal yang serupa. Fokus pada tubuh wanita tidak hanya ditemukan pada majalah dan surat kabar, tetapi juga talk show televisi dan iklan-iklan. Hal ini semakin menegaskan stereotip yang berkembang bahwa wanita hanyalah objek utama dalam media.

TUJUAN PENELITIAN
Dalam peneliatian ini penulis mencoba menelaah / melihat dari sudut pandang objek, atau dari perspektif sang model, dan mencoba mendalami mengenai:
1. Mengapa daya tarik wanita sering kali dijadikan objek utama dlm sebuah media?
2. Apa motivasi Objek (sang model) untuk mereka mau / bersedia dirinya diekspose?
3. Psikologi Analisi sang Model                                                                      
- Ada keterpaksaan / suka rela
- Merasa dilecehkan / malah berbangga diri
4. Apakah Media patut disalahkan?
5. Sebuah bentuk eksploitasi atau apresiasi?

METODE PENELITIAN


Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,  yakni menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan (sang model). Adapun tekhnik yang digunakan pada penelitian ini adalah
-       

Tekhnik Observasi
Penulis terlibat langsung dalam pengambilan gambar objek (model) dalam foto session sebuah event yang diselenggarakan oleh sebuah komunitas fotografer dan sebelum-sebelumnya telah mengikuti beberapa sesi pemotretan model (wanita).
-        Tekhnik Wawacara
Melakukan deep interview kepada beberapa model untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.

PERSPEKTIF
Tradisi Sosiopsikologis
Tujuan dibalik tradisi sosiopsikologis adalah untuk memahami bagaimana dan mengapa setiap individu manusia beperilaku seperti yang mereka perbuat (khususnya sang model sebagai objek). Ilmu pengetahuan dalam tradisi ini mencoba untuk menjawab pertanyaan,“Apa yang memperkirakan bagaimana pelaku media akan berpikir dan bertindak dalam kondisi sepert ini ? adapun kaitan  teori yang digunakan adalah : teori social learning, teori sifat dan teori Penilaian Sosial.

ANALISIS
Berikut adalah data hasil wawancara yang Telah melalui penyempurnaan & penggalan kalimat pilihan dibawah ini: 
Pertanyaan 1     : Pemaknaan model menurut kamu?
Model A            : “ Model itu salah satu unsur yang penting banget, klo gak ada kita sebagai model, lantas apa yang menarik? Mungkin klo diibaratkan  gelas tanpa air kali ya"
Model B            : “Model ya Object itu sendiri kali ya. Yang di tuntut jadi karya seni yang menarik, enak di pandang, dan bisa memposisikan dirinya sebagai bintang utamanya”
Pertanyaan 2     : Perasaan kamu saat jadi objek/model?
Model A            : “Perasaanya semangat, tegang, dll. Dimana saya harus berusaha mengahislkan ekspresi2 menarik yang diinginkan atau sesuai tujuan dari pemotretan.”
Model B            : “Antusian & Seneng pastinya, bisa jadi object apa lagi kalau hasilnya memuaskan. Jadi kebanggaan sendiri juga.”
Pertanyaan 3     : Alasan mau menjadi objek (model)?
Model A            : “Kenapa yahh? asik ajah, Pokoknya waktu ngeliat hasil sesuai yang diingkan itu suatu kepuasan tersendiri bagi saya.”
Model B            : “Itu karena pertama aku hobby eksis di depan kamera. Seneng di puji dan ngelatih kepercayaan diri juga.”
Pertanyaan 4     : Sharing seputaran pengalamanya jd model?
Model A            : “Tetap tenang, usaha menghasilkan foto yang terbaik, intinya ekspresi itu bakal muncul dg sendirinya kalau kita sbg model juga mempunyai mood atau suka dengan pemotretan tersebut. Awalnya emang canggung atau masih malu-malu tapi stelah beberapa kali bakalan asik banget dan bakal terbiasa di depan camera.”
Model B            : ”Dari hobby ingin bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan juga kali ya, soalnya kalo aku gak mau apa yang aku lakuin itu ga ada hasilnya . Seneng sih bisa jadi object, Soalnya selain bisa ngelatih kita buat tampil di depan orang banyak juga kita belajar mengontrol emosi merubah mimik muka dalam sekejap tanpa harus terpancing. Selain itu juga karena sering hunting dll kita juga bisa banyak kenal dan dikenal org pastinya. Ga heran kalo tiba-tiba ada orang yang nyamperin ngajakin kenalan pas dilokasi atau minta photo baren, Seruu berasa jadi seleb.”
Berdasarkan penggalan data diatas, sebenarnya sudah menjawab dari beberapa pertanyaan pada tujuan penelitian ini. Bahwa pada dasarnya, mereka (dalam hal ini objek/model) secara sadar mereka dengan suka rela, mau / bersedia dirinya dijadikan sebuah objek dan diexpose. Bahkan secara psikologis mereka merasa senang dan bangga menjadi sebuah bagian dalam produksi, terutama bila menguntungkan baginya (model).
Lantas yang menjadi pertimbangan berikutnya adalah sang fotografer / kameraman sebagai pembidik model, dalam temuan ini sepenuhnya sang model sadar dan percaya akan sang pembidik / pengambil gambar. Jadi filterisasi perdana ada pada kuasa sang pembidik gambar, karena dengan sangat leluasa mereka bebas mengambil dari sudut manapun, angle manapun, maupun bagian manapun.
Apapun yang menurut sang pembidik gambar indah dan menarik khususnya akan bermanfaat bagi “kepentingan” tertentu, maka tak sedikit pun moment yang akan dilewatinya.

PEMBAHASAN
MENJAWAB PERTANYAAN PENELITIAN
Penjelasan mengenai mengapa wanita yang menjadi objek, dapat dijelaskan bila menilik pada chain of activities media masa dikuasai oleh laki-laki (Kuntowijoyo, et al., 1997:104). Dengan kata lain, keindahan yang ditampilkan adalah keindahan menurut pandangan laki-laki.
Perempuan sebagai obyek disini adalah sebagai tempelan yang berlandaskan manfaat atas kepentingan tertentu, dalam hal ini adalah media baik itu cetak ataupun elektronik. Lantas kenapa perempuan di eksploitasi sebagai obyek disini? tentunya alasan yang umum adalah nilai jual perempuan mahal sebab perempuan makhluk yang menawan dalam arti fisik apapun alasannya hampir pasti orang suka ketika melihat perempuan di televisi atau media. Ironisnya disini adalah perempuan / wanita cenderung mempunyai fungsi hanya sebagai keindahan dimana keindahan biologis dimanfaatkan oleh pelaku media sebagai komoditas dan identitas dari sebuah mutu dan kesan mewah.
Fenomena pengeksploitasian tubuh wanita sudah terjadi sejak lama, Fenomena pengeksploitasian tubuh wanita ini termasuk ke dalam teknokrasi sensualitas. Teknokrasi sensualitas adalah sebuah upaya untuk mengontrol dan mempengaruhi masyarakat lewat keterpesonaannya pada penampilan sensualitas yang diproduksi secara artifisial (Piliang, 2004:343) dimana tubuh perempuan maupun sifat keperempuanan dijadikan salah satu alat untuk memancing daya tarik khalayak.
Pesona yang didapat oleh masyarakat muncul dari persepsi visual. Sehingga, muncullah budaya penggunaan tubuh wanita di media sebagai alat untuk mempengaruhi masyarakat. Aspek lainnya adalah perilaku dan aktivitas tubuh, yang dapat dilihat dari ekspresi tubuh, seperti pose dan pakaiannya.
   Kebebasan dalam mengaktualisasikan diri merupakan hak semua orang, sudah menjadi naluri yang fitrah karena manusia merupakan makhluk yang ingin diakui keberadaannya dan tidak ada strata baik gender ataupun status sosial dalam hal ini.
Sangat sulit memang untuk menyatakan perempuan sama dengan laki-laki, baik dengan mengatas namakan potensi ilmiah maupun potensi lain yang dapat mengidentifikasi kelebihan dari salah satu keduanya. Adanya perbedaan dari dua jenis manusia itu harus diakui, suka ataupun tidak. Atas dasar perbedaan itulah, maka lahir perbedaan dalam tuntutan dan ketetapan hukum, masing-masing disesuaikan dengan kodrat, jati diri, fungsi serta peranan yang diharapkan darinya baik laki-laki maupun perempuan dan itu semua demi kemashlahatan bersama.
Perempuan merasa senang, karena itulah tugas menuntut untuk membuat orang lain senang dan tanpa sadar kalau perempuan merasa senang bahwa dirinya dieksploitasi. Ekploitasi ini terjadi bukan hanya atas kerelaan perempuan semata, namun juga karena kebutuhan kelas sosial itu sendiri dan apa yang menyebabkan gambaran perempuan dalam media masih cenderung sebagai objek ? Hal itu terjadi karena yang mendominasi media: pemilik, penulis, reporter, editor dan sebagainya itu masih didominasi oleh laki-laki. Sepanjang ini masih terjadi perempuan tidak bisa melakukan banyak hal atau menuntut beragam kehendak sekitar perubahan citra mereka di media massa.

KAITAN TEORI
Fenomena ini lebih ditekankan kepada para wanita yang mau begitu saja menjadi objek di media. Dalam kajian ini terdapat teory social learning, yang menekankan pada pembelajaran melalui observasi dan imitasi model, dimana proses tersebut mengacu pada perkembangan peran gender (Ciccarelli & Meyer, 2006:378).
Hal ini menunjukkan bahwa anak akan belajar untuk mengobservasi model yang berjenis kelamin sama dan meniru tingkah laku mereka. Model yang ada di sini tidak hanya orangtua ataupun orang terdekat, tetapi juga model dari televisi, film, maupun majalah. Bila dikaitkan dengan fenomena ini, teori ini akan menjelaskan mengapa para wanita mau mempertunjukkan tubuhnya di depan kamera.
Dengan kemunculan media di jaman kapitalisme dan banyaknya wanita yang sudah menjadi objek di media, para wanita lain kemudian mempelajari bahwa dengan mempertunjukkan tubuhnya, mereka akan medapatkan kesuksesan secara instan.
Para wanita ini juga dapat dikatakan memiliki motivasi lebih untuk mendapatkan kesuksesan. Menurut hierarki Maslow, menjadi seseorang yang terkenal mungkin saja menjadi kebutuhan aktualisasi dirinya, yaitu kebutuhan tertinggi dari hierarki ini.

KESIMPULAN
Seluruh persoalan eksploitasi wanita di media tidak terlepas dari kepentingan tertentu, karena didalam sebuah produksi media banyak sekali kuasa-kuasa yang terlibat didalamnya, berangkat dari kuasa sang model (objek) itu sendiri sampai kepada khalayak. Lantas dalam hal ini kita juga tidak bisa serta merta menyalahkan para praktisi media.
Wanita atau perempuan secara filsafat adalah makhluk humanis, namun tidak berarti lemah untuk melakukan sesuatu yang sulit dari apapun yang pro atau pun kontra terhadap eksploitasi di media, Sebagai cara untuk mengatasi permasalahan yang menimbulkan kontra dari berbagai pihak ini, terutama dari pihak wanita sendiri, maka hal pertama yang harus dikembangkan adalah adanya kesadaran pada semua pihak, mulai dari kuasa sang model, kuasa agen, kuasa photografer maupun kuasa khalayak.
Para pelaku terkait hendaknya saling menghargai kaum wanita sebagaimana mestinya, bukannya malah hanya memanfaatkan wanita karena keindahan biologisnya saja yang malah akan memperburuk stereotype kaum wanita. Terlepas dari apakah mereka menyadari akan adanya kontra atau keberatan dari pihak-pihak tertentu, sudah seharusnya wanita tidak dijadikan "objek tempelan" pada iklan-iklan agar adanya persepsi pengeksploitasian wanita pada dunia periklanan dapat segera dihilangkan.
Walaupun secara psikologis wanita tersebut, secara sadar dan tanpa paksaan sama sekali bersedia untuk menjadi bagian dari pada setiap produksi dalam media. Bahkan mereka bangga akan bagian tubuhnya sendiri. Alangkah bijaknya sebuah perwujudan apresiasi terhadap wanita tetap memperhatikan etika dan sopan santun, juga dikemas secara profesional.  

SUMBER REFERENSI
Kuntowijoyo, Damono, S. D., Siregar, A., Ibrahim, M. D., Danarto, Redana, B., et al. (1997). Lifestyle Ecstasy. (I. S. Ibrahim, Ed.) Yogyakarta: Jalasutra.
Michener, H. A., DeLamater, J. D., & Myers, D. J. (2004). Social Psychology (5th Edition ed.). Belmont: Thomson Learning, Inc.
Piliang, Y. A. (2004). Dunia yang Dilipat. Yogyakarta: Jalasutra.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1985). Psikologi Sosial (5th Edition ed., Vol. II). (M. Adryanto, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas EkonomI Universitas Indonesia.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2006). Social Psychology (12th Edition ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Kamis, 31 Mei 2012

Basic Flair Movement

Bermula dari banyaknya koleksi botol "antik".. iseng-iseng nyoba trick2 bartender..
ya lumayan lah buat show2 dikit d club.. heuheu

(klik utk memperbesar foto)





gerakan oe masi cupu banget.. namanya jg amatir bos..
jgn di caci maki y para master... wkwkwkw
langsung aja, check this out beibeh..




tag : flair bandung , juggling bottle , 

Rabu, 09 Mei 2012

Another PhotoWorks

Langsung Aja tanpa basa-baso, sesuai dengan hobby ane, tanpa banyak jeprat-jeprut langsung jepret..  Tema Hunting kali ini adalah B&W alias hitam putih.. lumayanlah walaupun spoot terbatas tp hasilnya gak jelek2 amat.. 
 CHECK THIS OUT..!!!
(kalo kurang jelas tinggal di click gambarnya)





thanks..
4 visit my blog..

karna u dah mampir, ane kasi bonus liat angle lain or versi FuLL Colournya..
monggo...

 

nah klo foto terakhir ini favorit ane.. knp ya??? hehe


masii buannyak foto2 laenya..
 klo mau ngintip PHOTOWORKS yg laennya
tinggal click link ini 

 click ===> USYTHA <=== click
click ===> WINNIE <=== click
click ===> SHASHA <=== click
Dll..





atau klo pengen lebih jelas or barangkali pgn hunting bareng or pgn d foto ama ane bisa
click ===> PROFILE <=== click







Minggu, 25 Maret 2012

Cara Telepon Gratis ke smua operator (Bagi-Bagi ILmu)

SAYA BERHASIL MENEMUKAN CARA TELPON-TELPONAN GRATIS DENGAN PROVIDER MANAPUN!!!


Sebenarnya, saya sedikit enggan memberikan trik yang saya temukan ini, Ilmu euy, masa saya kasih gratis? Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, apalah arti keberadaan saya di dunia ini jika untuk ilmu saja (bukan materi) saya enggan berbagi...
  






Jadilah, saya coba menuliskan langkah-langkah sederhana yang saya temukan
tadi malam itu. Hanya pesan saya, tolong jangan sebarkan info ini dengan
sporadis. Kalo sampai ada pihak berwenang atau perusahaan provider jasa
selular yang mengetahuinya, saya takut cara ini akan diblokir, dan gagal
lah kita semua telpon-telponan gratis...

Saya ingatkan, tips ini dapat digunakan untuk semua nomer tujuan, bukan
hanya 1 provider tertentu. Dapat digunakan tanpa tergantung waktu. Dapat
dipakai siapa saja asal cukup melek teknologi.

Sudahlah, daripada saya berboring-boring ria ceramah, berikut
langkah-langkahnya:


1.Pulsa minimal di HP anda harus Rp. 500 atau lebih
2.Pastikan nomer telpon lawan bicara anda nantinya sedang aktif
3.Pastikan anda mengetahui nomer HP lawan bicara anda tersebut
4.Catat 4 digit pertama dan 4 digit terakhir nomer telpon lawan bicara
and
5.Buka sms kosong di HP anda
6.Ketikkan nomer telpon tujuan anda
7.ketik sms dengan isi sebagai berikut....

"Friend, Telpon gue sekarang, PENTING!!"

SERIUS AMAT SIH wkekekeke..

Senin, 19 Maret 2012

tugas MPK (Masalah Komunikasi Coy)


PENGERJAAN TUGAS KELOMPOK KHUSUSNYA BAGI MAHASISWA ANGKATAN ATAS

Hal yang sangat lumrah ketika seorang mahasiswa mendapatkan sebuah tugas dari dosen. Disamping untuk melatih kita menganalisis data, juga bertujuan untuk membuat para anak didiknya untuk mereview materi yang telah disampaikan dikelas.

Identifikasi Masalah
  • Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran mahasiswa angkatan atas dalam sebuah kelas “reguler”?
  • Yang terjadi apabila ada seorang mahasiswa angkatan atas terlibat dalam sebuah kelas “reguler”?
  •  Masalah komunikasi yang dihadapi mahasiswa angkatan atas pada lingkungan kelas “reguler”?

Kerangka Pemikiran

Pada prinsipnya dosen tidak akan membeda-bedakan anak didiknya baik itu anak pejabat, anak orang yang tidak mampu, terlebih mahasiswa yang mengambil mata kuliah diluar jadwal krs yang terstruktur (angkatan atas/ “memperdalam”)
Dan pada hakekatnya, semua mahasiswa wajib mengikuti dan berperan serta dalam kegiatan kuliah sesuai dengan aturan yang berlaku melalui kesepakatan awal antara dosen dengan mahasiswanya (kontrak kuliah).

Analisis

Bila dilihat dari tugasnya masing-masing kedua belah pihak, baik dosen maupun mahasiswa seharusnya tidak akan terjadi masalah pembelajaran antara kedua belah pihak. Namun diluar kontrol dari sistem yang telah berjalan antara keduanya. Ada faktor yang rupanya berdampak cukup besar namun sering kali tidak terkontrol kedua belah pihak. Faktor ini sangat berperah vital terlebih dalam sebuah pembelajaran.

Yaitu è FAKTOR PSIKOLOGIS

Sewajarnya dosen mengajarkan materi yang disampaikan dalam sebuah ruangan kelas, faktor tersebut tidak akan nampak ke permukaan. Itu karena faktor psikologis lebih bersifat independen dan berada dalam pribadi seseorang.
Tidak banyak orang ataupun mahasiswa yang berani untuk mengkonsultasikannya langsung kepada dosen. Padahal menurut hemat saya, bila seseorang mempunyai kedekatan secara psikologis ataupun saling mengerti dan menghargai faktor psikologis seseorang, akan sangat membantu dalam sebuah proses pembelajaran. Baik dosen ke mahasiswa ataupun sebaliknya.
Melihat usia para mahasiswa adalah masa dimana memasuki tahap proses pendewasaan, tentunya akan rentan sekali atau sewajarnya diterpa masalah-masalah diluar kontrol mereka. Tak terlepas dari sebuah proses komunikasi dan sosialiasi.
Namun sering kali para pengajar yang terhormat (*dalam hal ini dosen), lebih memilih acuh dan tidak ingin merepotkan dirinya sendiri dengan mengurusi masalah diluar kerangka tugasnya sebagai seorang pengajar.

Contoh kasus dan ilustrasi singkat:
(Mengenai faktor psikologis berdasarkan pengalaman pribadi)

Besar harapan saya untuk bisa “lulus kuliah tepat waktu”, namun apa daya kalimat tersebut harus terbalik menjadi “lulus kuliah diwaktu yang tepat”. Dimana secara tidak langusng saya yang dikontrol oleh waktu. Hal itu tentunya sama sekali tidak terbayangkan dan diluar kehendak saya.

Awal permasalahan dan singkat ceritanya adalah karena ada sebuah masalah keluarga yang rumit yang membuat mental saya sempat drop dan pada akhirnya mendasak saya untuk bekerja demi mencari kebutuhan finansial.

Hemat cerita terkait dengan pendidikan, saya terpaksa cuti dan pada akhirnya saya terjebak dalam sebuah kondisi dimana saya harus berbaur dengan angkatan yang cukup jauh dibawah saya.

Analisa yang terjadi dalam kelas reguler:

Pada dasarnya tidak ada masalah serius dalam sebuah proses pembelajaran pada umumnya. Namun yang harus saya hadapi adalah masalah komunikasi dimana saya harus berbaur dengan orang baru yang notabene mereka sudah mempunyai hubungan yang solid dengan teman satu grupnya masing-masing dan sangat sulit untuk bisa masuk ke grup tersebut.
Bagi diri saya pribadi hal seperti ini bukanlah masalah serius, karena sama sekali tidak ada kaitannya dalam pembelajaran dan hal tersebut masih sanggup untuk diatasi.
Masalah yang kerap kali muncul adalah ketika pembagian tugas kelompok yang rentan untuk dapat terselesaikan dengan sempurna. Berikut adalah sub masalahnya:

·        Sulit untuk mendapatkan rekan kerja kelompok
·        Kalaupun mendapatkan kelompok, sering mendapatkan kelompok sisa & biasanya berkarakter “special”
·        Sulit untuk memberikan kontribusi gagasan ide dengan kelompok
·        Sulit untuk terlibat langsung dalam pembuatan tugas (biasanya mereka lebih dominan mengerjakan tanpa melibatkan angkatan atas)
·        Lebih cendrung mengganggap angkatan atas “semu” / additional team (sebagai pelengkap)

masalah-masalah ini tidak selau terjadi namun kerap sekali dialami oleh mahasiswa-mahasiswa angkatan atas yang masuk kedalam sebuah lingkungan kelas reguler.


Hemat saya, masalah komunikasi ini lebih condong kepada paradigma POSITIVIS, karena terdapat unsur prediksi, menangkap realitas, dan bersifat deduktif (menilai dengan pengalaman)

Minggu, 04 Maret 2012

Dimensi-Dimensi Organisasi


Structural : menggambarkan karakteristik internal organisasi       
Formalization tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi yang sebenarnya menggambarkan corak dari perilaku dan kegiatan organisasi

yaitu sejauhmana organisasi menyandarkan dirinya pada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya
a. Bersifat eksternal bagi pegawai  ->peraturan, prosedur, dan aturan ditetapkan   secara  terinci, dikodifikasi, & dilaksanakan
    melalui pengawasan langsung.
b. Perilaku yang diinternalkan, melalui nilai, norma
    Pola perilaku yg diharapkan bagi pekerjaan &
    Organisasi.  Misal :melalui pelatihan & budaya organisasi

Specialization derajat pembagian kerja/tugas dalam organisasi
Standardization derajat kesamaan cara (prosedur)dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi
Hierarchy of Authority pola pembagian kekuasaan serta rentang kendali
Decentralization corak pembagian menurut tingkatan(hirarkhi) dalam organisasi, diperlihatkan oleh jenis keputusan yang boleh ditetapkan pada setiap tingkatan

Sentralisasi, tingkat di mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik  tunggal di dalam organisasi
·       Sentralisasi
·       Desentralisasi
Keuntungan desentralisasi :
setiap manajer mempunyai keterbatasan terhadap jumlah informasi
Dapat menanggapi perubahan dengan cepat.
Memberi masukan lebih rinci bagi pengambil keputusan.
Memotivasi pegawai untuk memberi kesempatan dlm pengambilan keputusan.
Memberi peluang pelatihan bagi manajer tingkat rendah.

Keuntungan sentralisasi :
Keputusan komprehensif yang akan diambil.
Penghematan dan lebih efektif   
Hambatan sentralisasi :
Hanya memperhatikan struktur formal.
Memperhatikan kebebasan dalam pengambilan keputusan.
Konsentrasi pada seseorang, unit atau tingkat.
Kontrol dari top manajemen, tetapi keputusan tetap terletak pada anggota tingkat rendah.

Complexity banyak kegiatan (sub sistem)dalam organisasi
 􀂃 Vertikal: jumlah tingkatan yang ada pada organisasi
 􀂃 Horizontal: pembagian kegiatan secara horizontal
 menjadi bagian-bagian yang secara vertikal berada pada tingkatan yang sama

Kompleksitas, mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Makin tinggi kompleksitas, maka perhatian terhadap masalah-masalah komunikasi,

Professionalism tingkat pendidikan formalmaupun tidak formal yang secara  rata-rata dimiliki oleh anggota organisasi
Personal Configuration bentuk pembagian anggota organisasi pada bagian-bagian baik secara vertikal maupun secara horizontal

Contextual :  karakteristik keseluruhan organisasi dalam lingkungannya
Size Ukuran Organisasi: besarnya organisasi, seringkali dinyatakan dengan jumlah anggota organisasi
Technology Teknologi Organisasi: jenis dari tingkatan teknologi yang digunakan pada sistem produksi suatu organisasi
Environment Lingkungan: keadaan semua elemen lingkungan yang
terdapat di luar batas-batas organisasi terutama yang berpengaruh kuat terhadap organisasi